Mutmainah NQ

Kehidupan ini diisi oleh orang hidup. Jika anda merasa masih hidup bertindaklah selayaknya orang hidup.

Rabu, 09 November 2011


Hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar seperti kemarin ....
getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin

Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel

Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
the object of my affection telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi yang semakin kabur..

Duka yang syahdu melewati
bersua demi meragut jiwa sunyi
mengundang air mata sepi
yang tak tertahankan lagi
bukan rindu, tapi amarah bisa

aduhai hati yang melati kasih ku
kenapa menyeksakan...
kenapa menggusarkan...
kenapa mengguriskan..
... sendiri juga aku terdampar
di ruangan balik kalbu sendiri

aku tak mahu tangis..
...kerna ia menyeksakan

aku tak mahu duka..
... kerna ia menyedihkan
aku tak mahu ingatan..
...kerna ia membunuh ku

duhai alam
tepiskan duka ini
longgarkan kusut ini
biar aku bernafas tenang
kembali tersenyum riang

pulanglah duka
tiada sakti pada mu..

Kamis, 03 November 2011

Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu