Mutmainah NQ

Kehidupan ini diisi oleh orang hidup. Jika anda merasa masih hidup bertindaklah selayaknya orang hidup.

Senin, 21 September 2015

Revisi Kerangka Pengembangan Usia Produktif

Oleh: Muthmainah NQ



Tidak dapat dipungkiri, Indonesia kembali mengalami masa sulit dengan melemahnya rupiah terhadap dollar. Perlambatan ekonomi semakin jelas dan nyata di depan mata. Pemanfaatan sumber daya alam yang kurang maksimal tidak diimbangi dengan kuantitas sumber daya manusia yang ada  di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia semakin banyak. Menurut kompas yang dimuat pada 1 Agustus 2015, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus pada tahun 2020 sampai 2030. Bonus ini adalah Bonus Demografi yang mana usia produktif lebih besar dibanding usia tidak produktif. Usia tidak produktif yakni dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun.
Mengingat hal tersebut, perlu adanya revisi pemikiran terhadap usia produktif terutama didominasi oleh pemuda yang didaulat sebagai tulang punggung negara. Penanaman pendidikan harus diberikan sejak dini mulai dari keluarga. Dimana pendidikan itu akan terpatri dalam mindset anak bahwasanya pemuda menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah bangsa, tentu dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan. Selain penanaman sejak dalam asuhan keluarga, perlu juga ketika masih belum menginjak usia produktif anak-anak diberikan pelatihan dasar diantaranya melatih kreatifitas, gaya kepemimpinan dan pola pikir anak yang efektif guna persiapan menghadapi masa muda yang penuh dengan ketidakwajaran sosial.
Maka disini sangat menarik sekali, penulis mengambil sub tema pada bagian sosial budaya untuk mengkaji  secara mendalam terkait kiprah pemuda. Diawali dari pergaulan dan pergulatan sosial budaya yang berada di sekitar maupun opini publik yang berkembang pada masyarakat guna mengoptimalkan peran pemuda secara masif adanya Bonus Demografi mendatang.
Selain pola pendidikan dini, potensi pemuda Indonesia harus ditempa dengan melihat gejala-gejala yang ada dalam masyarakat sehingga mampu menganalisa secara tepat dan akurat fenomena sosial yang terjadi. Salah satunya dengan membuat kerangka pemikiran pengembangan yakni diawali dengan memahami latar belakang fenomena itu terjadi dan sebab asal mula suatu gejala yang timbul.  Satu hal yang paling mendasar dan perlu digaris bawahi adalah perlunya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan bentuk dan formasi yang telah dimodifikasi sehingga para pemuda ini mempunyai ketrampilan yang berkualitas dan mampu menyelesaikan kerancuan sosial dengan revisi kerangka pengembangan pola pikir menuju usia produktif yang mapan.

Sangat disayangkan sekali, apabila Bonus Demografi ini terlewatkan begitu saja tanpa memanfaatkan momen berharga untuk menuju Indonesia yang lebih baik. Presiden Joko Widodo menyebut Bonus Demografi ini ibarat pedang bermata dua. Dengan arahan langsung dari Presiden tersebut diharapkan Indonesia siap menghadapi Bonus Demografi. Dimana bonus ini merupakan berkah bagi bumi pertiwi sehingga tidak menjadikan musibah yang semakin parah. Pun gerakan revolusi mental bagi pemuda harus digalakkan secara sistemik sehingga masa mendatang siap untuk dipanen dan menjadikan Indonesia negara yang maju di kancah internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar