Oleh: Muthmainah
NQ
Tidak
dapat dipungkiri, Indonesia kembali mengalami masa sulit dengan melemahnya
rupiah terhadap dollar. Perlambatan ekonomi semakin jelas dan nyata di depan
mata. Pemanfaatan sumber daya alam yang kurang maksimal tidak diimbangi dengan
kuantitas sumber daya manusia yang ada
di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan pertumbuhan
jumlah penduduk Indonesia semakin banyak. Menurut kompas yang dimuat pada 1
Agustus 2015, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus pada tahun 2020 sampai
2030. Bonus ini adalah Bonus Demografi yang mana usia produktif lebih besar
dibanding usia tidak produktif. Usia tidak produktif yakni dibawah 15 tahun dan
diatas 65 tahun.
Mengingat
hal tersebut, perlu adanya revisi pemikiran terhadap usia produktif terutama
didominasi oleh pemuda yang didaulat sebagai tulang punggung negara. Penanaman
pendidikan harus diberikan sejak dini mulai dari keluarga. Dimana pendidikan
itu akan terpatri dalam mindset anak bahwasanya pemuda menjadi tolok
ukur keberhasilan sebuah bangsa, tentu dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai
kemanusiaan. Selain penanaman sejak dalam asuhan keluarga, perlu juga ketika
masih belum menginjak usia produktif anak-anak diberikan pelatihan dasar
diantaranya melatih kreatifitas, gaya kepemimpinan dan pola pikir anak yang
efektif guna persiapan menghadapi masa muda yang penuh dengan ketidakwajaran
sosial.
Maka
disini sangat menarik sekali, penulis mengambil sub tema pada bagian sosial
budaya untuk mengkaji secara mendalam terkait
kiprah pemuda. Diawali dari pergaulan dan pergulatan sosial budaya yang berada
di sekitar maupun opini publik yang berkembang pada masyarakat guna
mengoptimalkan peran pemuda secara masif adanya Bonus Demografi mendatang.
Selain
pola pendidikan dini, potensi pemuda Indonesia harus ditempa dengan melihat
gejala-gejala yang ada dalam masyarakat sehingga mampu menganalisa secara tepat
dan akurat fenomena sosial yang terjadi. Salah satunya dengan membuat kerangka
pemikiran pengembangan yakni diawali dengan memahami latar belakang fenomena
itu terjadi dan sebab asal mula suatu gejala yang timbul. Satu hal yang paling mendasar dan
perlu digaris bawahi adalah perlunya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan bentuk dan formasi yang telah dimodifikasi sehingga para pemuda ini
mempunyai ketrampilan yang berkualitas dan mampu menyelesaikan kerancuan sosial
dengan revisi kerangka pengembangan pola pikir menuju usia produktif yang
mapan.
Sangat
disayangkan sekali, apabila Bonus Demografi ini terlewatkan begitu saja
tanpa memanfaatkan momen berharga untuk menuju Indonesia yang lebih baik. Presiden
Joko Widodo menyebut Bonus Demografi ini ibarat pedang bermata dua. Dengan
arahan langsung dari Presiden tersebut diharapkan Indonesia siap menghadapi Bonus
Demografi. Dimana bonus ini merupakan berkah bagi bumi pertiwi sehingga
tidak menjadikan musibah yang semakin parah. Pun gerakan revolusi mental bagi
pemuda harus digalakkan secara sistemik sehingga masa mendatang siap untuk
dipanen dan menjadikan Indonesia negara yang maju di kancah internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar